يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ وَكُونُوا۟ مَعَ ٱلصَّٰدِقِينَ
“Wahai orang yang beriman! Bertakwalah dan hendaklah kamu bersama-sama orang yang bersifat benar.” (Surah at-Taubah, ayat 119)
Maknanya adalah peranan seorang sahabat sangat penting dalam membentuk pola hidup kita. Memilih sahabat atau pergaulan yang tepat akan memberikan kebaikan dan manfaat yang besar. Begitu pula jangan sampai salah dalam memilih sahabat, yang akhirnya akan berdampak buruk pada kehidupan kita kelak. Sebagaimana Rasulullah SAW pun menyampaikan hadist yang artinya,
“Seseorang itu adalah mengikut agama temannya, oleh karena itu hendaklah seseorang itu meneliti siapa yang menjadi temannya.” (Hadis riwayat Abu Daud).
Dari Abu Musa al-Asy’ari, Rasulullah SAW bersabda yang artinya,
“Diumpamakan teman yang sholeh (baik) dan teman yang buruk (jahat) ibarat seorang penjual minyak wangi dan tukang besi. Penjual minyak wangi kemungkinan akan memberimu minyak wangi, atau engkau membeli darinya, paling tidak engkau tetap akan mendapatkan bau harumnya. Sedangkan tukang besi bisa jadi percikan apinya akan mengenai baju anda, paling tidak engkau akan mendapatkan bau asapnya yang tak sedap.” (HR. Bukhari)
Sahabat Ali Bin Abi Thalib r.a pernah ditanya,
“Berapa banyak teman dekat tuan?” Ali menjawab: “Saat ini aku tidak mengetahuinya, karena dunia saat ini sedang berada di pihakku. Dalam kondisi seperti ini semua orang mengaku sebagai teman dekatku. Ketika nanti dunia meninggalkanku baru aku tahu siapa teman dekatku. Sebab teman terbaik adalah orang yang mendekat padaku saat dunia meninggalkanku.”
“Wahai orang yang beriman! Bertakwalah dan hendaklah kamu bersama-sama orang yang bersifat benar.” (Surah at-Taubah, ayat 119)
Maknanya adalah peranan seorang sahabat sangat penting dalam membentuk pola hidup kita. Memilih sahabat atau pergaulan yang tepat akan memberikan kebaikan dan manfaat yang besar. Begitu pula jangan sampai salah dalam memilih sahabat, yang akhirnya akan berdampak buruk pada kehidupan kita kelak. Sebagaimana Rasulullah SAW pun menyampaikan hadist yang artinya,
“Seseorang itu adalah mengikut agama temannya, oleh karena itu hendaklah seseorang itu meneliti siapa yang menjadi temannya.” (Hadis riwayat Abu Daud).
Dari Abu Musa al-Asy’ari, Rasulullah SAW bersabda yang artinya,
“Diumpamakan teman yang sholeh (baik) dan teman yang buruk (jahat) ibarat seorang penjual minyak wangi dan tukang besi. Penjual minyak wangi kemungkinan akan memberimu minyak wangi, atau engkau membeli darinya, paling tidak engkau tetap akan mendapatkan bau harumnya. Sedangkan tukang besi bisa jadi percikan apinya akan mengenai baju anda, paling tidak engkau akan mendapatkan bau asapnya yang tak sedap.” (HR. Bukhari)
Sahabat Ali Bin Abi Thalib r.a pernah ditanya,
“Berapa banyak teman dekat tuan?” Ali menjawab: “Saat ini aku tidak mengetahuinya, karena dunia saat ini sedang berada di pihakku. Dalam kondisi seperti ini semua orang mengaku sebagai teman dekatku. Ketika nanti dunia meninggalkanku baru aku tahu siapa teman dekatku. Sebab teman terbaik adalah orang yang mendekat padaku saat dunia meninggalkanku.”
Banyak kisah sahabat sejati yang kita dengar dari generasi terbaik, para sahabat Rasulullah SAW, para salafus shaleh, para tabi’in dan tabi’ut serta ulama-ulama terdahulu yang terkenal dengan keluhuran akhlak dan budi pekertinya.
Sungguh bukan hal yang mudah saat ini, di era kehidupan keduniawian yang serba materialistis. Menemukan sahabat sejati, merupakan hal yang langka terjadi. Apalagi bila diawali dengan sebuah kekeliruan, atau kesalahan karena ketidaktahuan diri kita, yang mengakibatkan kerugian bagi sahabat kita. Hampir bisa dipastikan mereka akan menjauh, syukur-syukur dengan cara yang baik-baik, besar kemungkinan menjauh setelah puas mencaci maki dan mencela kita bahkan bukan tidak mungkin mencederai kita terlebih dahulu, naudzu billaahi mindzaliik.
Semoga tulisan ini bermanfaat.
Masyaa Allah.. Semoga kita dikaruniai sahabat2 terbaik,, yang saling menasehati dalam kebaikan.. Aamiiin..
BalasHapusAamiin ...
BalasHapus