Sekalipun ia tidak memiliki cukup keberanian untuk menjangkaunya, wanita mampu berlari begitu jauh untuk mengejar.
Sejatinya, pria dan wanita terhubung oleh ikatan yang dinamakan takdir.
dan pemersatunya, adalah hati yang terpaut erat dalam suka dan duka dari-Nya untuk-Nya dan kembali kepada-Nya.
____________________________________________
Al-Qur'an telah menegaskan:
Tidaklah laki-laki itu (sama) seperti perempuan (QS Ali-Imran:36)
Syara’ telah menetapkan beberapa kaidah antara laki-laki dan perempuan tentang ketidaksamaannya dan kebersamaannya yang sesuai dengan hidup dan kehidupan mereka, tabiat dan fitrah mereka, ibadah dan mu’amalah mereka atau dunia dan akhirat mereka. Kaidah-kaidah tersebut apabila dilanggar atau dirubah oleh manusia berakibat kehancuran pada diri dan kehidupan manusia, bahkan pada bumi mereka tinggal.
Berdasarkan dalil-dalil hissiyyah dan musyahadah selain nash Al-kitab dan Sunnah bahwa laki-laki dan perempuan tidak sama dilihat dari:
1. Jenisnya
2. Jisim-nya atau bentuknya dan rupanya
3. Sifat dan tabiatnya
4. Suaranya
5. Gerak dan tingkahnya
6. Kehalusan dan Kelembutannya
7. Pemalunya dan selalu menunggu tidak mendahului
8. Kekuatan dan kemampuan fisiknya
9. Kekuatan dan kemampuan berpikir
10. dan kekhususan-kekhususannya
Firman Allah ﺳُﺒْﺤَﺎﻧَﻪُ ﻭَ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ
Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah ﺳُﺒْﺤَﺎﻧَﻪُ ﻭَ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. (QS An-nisaa’:34)
Sabda Nabi Rasulullah ( ﷺ)
Tidak beruntung suatu kaum yang meng-angkat perempuan sebagai pemimpin dari urusan mereka. HSR Bukhari dll dari jalan Abu Bakrah)
dan Sabda Nabi Rasulullah ( ﷺ)
… dan suami itu pemimpin pada ahlinya (anak dan istrinya) dan ia akan ditanya (pada hari kiamat) tentang kepemimpinannya…
(HSR Bukhari dll)
[Diambil dari kitab: Karya Ustadz Abdul Hakim bin Amir Abdat]
____________________________________________
Ibnu Katsir rahimahullah, dalam Tafsirnya, mengemukakan, “Pria menjadi pengatur atas wanita, artinya pria adalah pemimpinnya, hakimnya, dan yang meluruskannya jika dia (wanita) menyimpang.” (Tafsir Ibni Katsir , melalui al-Maktabah asy-Syamilah)
Adapun dari sisi perintah agama, pria mendapatkan perintah untuk melakukan hal-hal yang tidak dibebankan kepada wanita, seperti menghadiri shalat Jum'at, shalat berjamaah, berjihad, dan mengerjakan ibadah-ibadah lainnya.
Wanita yang baik adalah yang memahami bahwa kepemimpinan pria atas wanita merupakan bagian dari fitrah yang ditetapkan oleh Allah ﺳُﺒْﺤَﺎﻧَﻪُ ﻭَ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ. Pria diberi kesempurnaan akal, kemampuan mengatur sesuatu dengan baik, kekuatan jasmani dan rohani, dan kemampuan memikul tanggung jawab memberi nafkah dan menjaga. Maka dari itu, wanita yang baik adalah yang memahami kedudukannya.
Dalam sebuah hadits disebutkan,
ﻗِﻴﻞَ ﻟِﺮَﺳُﻮﻝِ ﺍﻟﻠﻪِ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ : ﺃَﻱُّ ﺍﻟﻨِّﺴَﺎﺀِ ﺧَﻴْﺮٌ؟ ﻗَﺎﻝَ : ﺍﻟَّﺘِﻲ ﺗَﺴُﺮُّﻩُ ﺇِﺫَﺍ ﻧَﻈَﺮَ، ﻭَﺗُﻄِﻴﻌُﻪُ ﺇِﺫَﺍ ﺃَﻣَﺮَ، ﻭَﻟَﺎ ﺗُﺨَﺎﻟِﻔُﻪُ ﻓِﻲ ﻧَﻔْﺴِﻬَﺎ ﻭَﻣَﺎﻟِﻬَﺎ ﺑِﻤَﺎ ﻳَﻜْﺮَﻩُ
“Pernah ditanyakan kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam,
‘Siapakah wanita yang paling baik?’ Beliau menjawab, ‘Yang menyenangkan
hati jika dilihat suaminya, menaati suami jika diperintah, dan tidak menyelisihi suami pada diri dan hartanya dengan melakukan sesuatu yang membuat suami benci’.” (HR. an-Nasa’i dan Ahmad)
[Al-Ustadz Abu Hamzah Yusuf - Pria adalah Pemimpinmu]
Wallahu a'lam
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !